<1500, Kerajaan

12 Kerajaan Hindu Budha di Indonesia, dari Kutai sampai Majapahit

Sejarah Indonesia terbentang panjang melewati berbagai era. Salah satunya adalah era Kerajaan Hindu Budha di Indonesia.

Kerajaan Hindu Budha ini banyak tersebar di banyak kepulauan Nusantara. Ada yang di Kalimantan, Sumatera, Jawa, hingga Bali. Setidaknya, ada 12 Kerajaan Hindu Budha yang berkembang di Indonesia. Apa saja? Simak ulasannya berikut ini.

Kerajaan Hindu Budha di Indonesia

1. Kerajaan Kutai (abad ke-5 M)

Kerajaan Kutai dikenal sebagai kerajaan beragama Hindu Budha pertama di Indonesia. Lokasi kerajaan ini diperkirakan terletak di daerah Muarakaman di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.

Kerajaan Kutai mencapai puncak keemasan pada masa Raja Mulawarman. Masyarakat Kutai kala itu banyak melakukan pertanian dan perdagangan. Sementara untuk agama, rakyatnya banyak memeluk agama Hindu.

Sumber sejarah mengenai Kerajaan Kutai adalah prasasti yang disebut yupa, yaitu berupa batu bertulis. Yupa juga berfungsi sebagai tugu peringatan dari upacara kurban.

2. Kerajaan Tarumanegara (abad ke-5 M)

kerajaan-tarumanagara
Peta Kerajaan Tarumanegara (Wikimedia Commons/Gunawan Kartapranata)

Kerajaan Tarumanegara terletak di Jawa bagian barat. Pusat kerajaannya diperkirakan berada di sekitar wilayah antara Sungai Citarum dan Cisadane. Berdasarkan Prasasti Tugu, pusat Kerajaan Tarumanegara diperkirakan juga berada di daerah Bekasi.

Raja yang paling masyhur adalah Raja Purnawarman. Raja dan sebagian besar rakyatnya memeluk agama Hindu.

Ada sekitar tujuh prasasti yang menjadi sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara. Prasasti tersebut adalah Prasasti Tugu, Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Jambu (Pasir Koleangkak), Prasasti Cidanghiang (Lebak), dan Prasasti Pasir Awi.

3. Kerajaan Kalingga (abad ke-7 sampai ke-9 M)

Kerajaan Kalingga diperkirakan terletak di Jawa bagian tengah. Penguasa Kerajaan Kalingga bernama Ratu Sima. Ia berkuasa sekitar tahun 674 M. Ratu Sima terkenal dengan kejujuran dan ketegasannya. Penduduk Kalingga umumnya memeluk agama Budha

Sumber utama mengenai Kerajaan Kalingga adalah berita Cina yang berasal dari zaman Dinasti Tang. Selain itu, ada juga sumber lain yaitu Prasasti Tuk Mas.

4. Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 M)

kerajaan-sriwijaya
Peta Kerajaan Sriwijaya (Wikimedia Commons/Gunawan Kartapranata)

Daerah pantai timur Sumatera ramai dikunjungi pedagang dari mancanegara. Berkat perdagangan tersebut, banyak muncul kota-kota pusat perdagangan yang kemudian berkembang menjadi kerajaan, salah satunya adalah Kerajaan Sriwijaya.

Diyakini, pusat Kerajaan Sriwijaya terletak di Palembang, di dekat pantai dan di tepi Sungai Musi. Raja yang terkenal dari Sriwijaya adalah Raja Balaputradewa yang memerintah sekitar abad ke-9 M. Sriwijaya menjadi pusat agama Budha Mahayana.

Ada beberapa prasasti yang menjadi sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya. Prasasti tersebut yaitu Prasasti Kedudukan Bukit, Prasasti Talang Tuo, Prasasti Telaga Batu, Prasasti Kota Kapur, dan Prasasti Karang Berahi.

5. Kerajaan Pajajaran (923—1597 M)

Kerajaan Pajajaran terletak di Jawa bagian barat. Pusat kekuasaannya berada di wilayah Pakuan atau Bogor sekarang. Kerajaan Pajajaran diperkirakan berdiri pada tahun 923 M.

Puncak kejayaan Pajajaran terjadi pada era pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi yang berkuasa sekitar 1482—1521 M. Sumber sejarah mengenai Kerajaan Pajajaran antara lain Prasasti Batu Tulis, Prasasti Sanghyang Tapak, dan Prasasti Kawali.

6. Kerajaan Mataram Kuno (abad ke-8 M)

kerajaan-hindu-budha-mataram-kuno
Peta Kerajaan Mataram Kuno (Wikimedia Commons/Gunawan Kartapranata)

Kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan meliputi wilayah Jawa bagian tengah dan timur.  Dinasti yang menguasai kerajaan ini adalah Dinasti Syailendra. Salah satu penguasa terkenalnya bernama Raja Sanjaya.

Kebanyakan penduduk Mataram Kuno menganut agama Hindu. Sedangkan mata pencaharian penting penduduknya adalah pertanian dengan hasil utama padi.

Setelah Raja Sanjaya wafat, ia digantikan oleh Rakai Panangkaran. Pada era Rangkai Panangkaran terjadi perkembangan agama Budha Mahayana.

Pada perkembangannya, kejayaan Kerajaan Mataram Kuno mengalami pasang surut hingga terjadi perpecahan. Keadaan mulai membaik pada era Mpu Sindok yang berkuasa sekitar tahun 929 M.

Mpu Sindok inilah yang mendirikan Dinasti Isyanawangsa. Ia pun memindahkan pusat kota Mataram Kuno dari Medang ke Daha.

Raja lain yang tak kalah terkenalnya adalah Airlangga. Ia yang membagi dua Kerajaan Mataram Kuno menjadi Kediri dan Janggala untuk menghindari perang saudara di antara penerusnya.

Beberapa prasasti memuat kisah tentang Kerajaan Mataram Kuno. Prasasti-prasasti tersebut antara lain Prasasti Canggal, Prasasti Kalasan, Prasasti Klura, Prasasti Kedu atau Prasasti Balitung.

7. Kerajaan Kediri (abad ke-11 M)

kerajaan-hindu-budha-kediri
Peta Kerajaan Kediri (Wikimedia Commons/Gunawan Kartapranata)

Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu beribukota di Daha. Salah satu rajanya yang kesohor adalah Raja Jayabaya yang memerintah sekitar tahun 1135 M. Raja inilah yang berhasil menghentikan kekacauan di Kerajaan Kediri sehingga kehidupan rakyatnya menjadi teratur.

Kerajaan Kediri hidup Makmur dengan mata pencaharian rakyatnya adalah pertanian. Namun, pelayaran dan perdagangan juga berkembang.

Prasati penting peninggalan Raja Jayabaya adalah Prasasti Hantang atau Ngantang, Prasasti Talan, dan Prasasti Desa Jepun. Sedangkan beberapa karya sastra terkenal peninggalan Kerajaan Kediri antara lain Kitab Baratayudha, Kitab Kresnayana, Kitab Smaradahana, dan Kitab Lubdaka.

8. Kerajaan Singhasari (abad ke-13 M)

kerajaan-hindu-budha-singhasari
Peta Kerajaan Singhasari (Wikimedia Commons/Gunawan Kartapranata)

Kerajaan Singhasari berkembang setelah berakhirnya era Kerajaan Kediri. Raja-raja kerajaan Singhasari yaitu Ken Arok, Anusapati, Tohjoyo, Ronggowuni, dan Kertanegara.

Pada masa Raja Kertanegara, Kerajaan Singhasari mencapai puncak kejayaan. Kertanegara punya ambisi untuk memperluas wilayah kekuasaan Singhasari. Salah satu upayanya adalah dengan mengirimkan Ekspedisi Pamalayu untuk menguasai Sriwijaya.

Penduduk Singhasari beragama Hindu maupun Budha. Kedua agama tersebut berkembang dengan baik. Bahkan, terjadi sinkretisme antara agama Hindu dan Budha menjadi Syiwa-Budha dengan aliran Tantrayana. Raja Kertanegara sendiri penganut aliran ini.

9. Kerajaan Majapahit (abad ke-14 M)

kerajaan-hindu-budha-majapahit
Peta Kerajaan Majapahit (Wikimedia Commons/Gunawan Kartapranata)

Kerajaan Majapahit berdiri setelah runtuhnya Kerajaan Singhasari. Pendirinya adalah Raden Wijaya yang setelah menjadi raja bergelar Kertarajasa Jayawarddhana.

Penerus Raden Wijaya yaitu Jayanegara, Tribhuwanattunggadewi, Hayam Wuruk, dan raja-raja lainnya. Pada masa Hayam Wuruk, Majapahit berada pada puncak kejayaan. Bersama patihnya yang bernama Gajah Mada, Hayam Wuruk meluaskan wilayah Majapahit yang diperkirakan mencapai hampir semua kepulauan di wilayah Indonesia kini.

Daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, Semenanjung Malaya, Tumasik (Singapura), Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Kepulauan Nusa Tenggara, Papua, dan sebagian Kepulauan Filipina. Tak heran, Kerajaan Majapahit dikenal sebagai kerajaan terbesar.

10. Kerajaan Buleleng dan Dinasti Warmadewa di Bali

Buleleng mulai terkenal setelah periode kekuasaan Majapahit.  Meski begitu, Buleleng sudah berkembang sejak era Dinasi Warmadewa beberapa abad sebelumnya.

Daerah kekuasaan Buleleng terletak di tepi pantai sehingga kotanya berkembang menjadi pusat perdagangan laut. Hasil pertanian yang diperdagangkan antara lain beras, kapas, asam, kemiri, dan bawang. Semua komoditas itu diperdagangkan ke pulau lain. Perdagangan ini berkembang saat Dinasti Warmadewa diperintah oleh Anak Wungsu.

Salah satu sumber sejarah dari Dinasti Warmadewa adalah sebuah prasasti yang tersimpan di Desa Sembiran. Prasasti itu berangka tahun 1065 M.

11. Kerajaan Tulang Bawang

Kerajaan Tulang Bawang diketahui dari sumber-sumber sejarah Cina. Kerajaan ini diperkirakan terletak di daerah Lampung.

Sumber sejarahnya antara lain Kitab Liu-sung-Shu yang berasal dari abad ke-5. Menurut kitab ini, ada sebuah kerajaan di wilayah Nusantara bagian barat bernama P’u-huang atau P’o-huang yang memiliki hubungan perdagangan dan diplomasi dengan Cina.

Sumber lain adalah Kitab T’ai-p’inghuang-yu-chi yang ditulis pada tahun 976—983 M. Dalam kitab ini disebutkan ada sebuah kerajaan bernama T’o-lang-p’p-huang yang letaknya berada di daerah pantai tenggara Pulau Sumatra, di selatan Sungai Musi.

12. Kerajaan Kota Kapur

Hasil penelitian arkeologi menyebutkan adanya kemungkinan sebuah pusat kekuasaan di daerah Kota Kapur, Pulau Bangka. Pusat kekuasaan ini sudah ada sejak masa sebelum munculnya Kerajaan Sriwijaya.

Bukti peninggalan kerajaan ini adalah temuan arkeologi berupa sisa-sisa bangunan candi Hindu yang terbuat dari batu bersama dengan arca-arca batu.  Selain itu, ada peninggalan lain berupa benteng pertahanan.

Benteng ini berbentuk dua buah tanggul sejajar yang terbuat dari timbunan tanah dengan panjang mencapai 1200 meter dengan ketinggian 2—3 meter. Benteng ini diperkirakan dibuat pada pertengahan abad ke-6 M. Benteng ini diduga berperan dalam menghalau serangan Kerajaan Sriwijaya pada akhir abad ke-7 M.

Baca Juga: Perbedaan Praaksara dan Prasejarah, Serupa tapi Tak Sama

***

Itulah sederet Kerajaan Hindu Budha yang pernah berkembang di Indonesia. Dari setiap kerajaan tersebut, ada peninggalan-peninggalan penting yang menjadi warisan yang harus dijaga dan dilestarikan.

Referensi: buku Sejarah Indonesia untuk SMA Kelas X karya Restu Gunawan dkk/Kemendikbud | Kompas | gambar: Wikimedia Commons

RP Budiman
Latest posts by RP Budiman (see all)