<1500, Teori, Warisan

5 Teori Masuknya Islam di Papua, Menyebar di Pesisir Barat

Teori Masuknya Islam di Papua – Papua, tepatnya wilayah pesisir barat, diperkirakan sudah mengenal agama Islam pada sekitar abad ke-14 atau abad ke-15. Salah satu sumber yang menjadi rujukan adalah sumber tradisi lisan dari keturunan raja-raja di Raja Ampat, Sorong, Fakfak, Kaimana, dan Teluk Bintuni-Manokwari.

Pesisir Papua Barat terletak di wilayah yang strategis karena termasuk dalam jalur perdagangan rempah-rempat di dunia. Oleh karena itu, Islam menyebar hanya di daerah pesisir Papua, sedangkan penduduk asli di pedalaman masih menganut animisme. Setidaknya, ada lima teori masuknya Islam di Papua.

Teori Masuknya Islam di Papua

1. Islam disebarkan oleh mubaligh asal Aceh pada 1360

Pendapat pertama menyatakan bahwa Islam sudah datang di Papua sejak tahun 1360. Penyebarnya adalah seorang mubaligh asal Aceh yang bernama Abdul Ghafar.

Abdul Ghafar berdakwah di Papua selama 14 tahun dari 1360 sampai 1374 di daerah Rumbati dan sekitarnya. Abdul Ghafar wafat pada 1374 dan dimakamkan di belakang masjid Kampung Rumbati.

Pendapat ini berasal dari sumber lisan yang disampaikan oleh putra bungsu Raja Rumbati ke-16 (Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati ke-17 (H. Ismail Samali Bauw).

2. Masuknya Islam di Papua dimulai di Semenanjung Onin pada pertangahan abad ke-16

Pendapat kedua menyatakan bahwa Islam masuk ke Papua pertama kali mulai diperkenalkan di Semenanjung Onin, yaitu sekitar Patimunin-Fakfak. Penyebarnya adalah seorang sufi dari negeri Arab bernama Syarif Muaz al-Qathan yang bergelar Syekh Jubah Biru.

Proses Islamisasi ini diperkirakan terjadi pada pertengahan abad ke-16. Buktinya adalah adanya Masjid Tunasgain yang dibangun sekitar tahun 1587.

masuknya-islam-di-papua-seorang-haji-di-fakfak
Seorang haji di Semenanjung Onin, Fakfak, Papua sekitar 1890-1896. (Wikimedia Commons/ Nationaal Museum van Wereldculturen)

3. Islam masuk ke Papua dibawa oleh pedagang-pedagang Bugis

Pendapat ketiga menyatakan bahwa Islam di Papua dibawa oleh pedagang-pedagang asal Bugis yang berlayar melalui Banda dan Seram Timur. Perkembangan Islam ini berawal dari Fakfak oleh seorang pedagang berkebangsaan Arab bernama Hawetan Attamimi yang telah lama menetap di Ambon.

Salah satu proses pengislamannya adalah dengan cara melakukan khitanan. Meski awalnya ini ditentang penduduk setempat, tetapi proses ini akhirnya bisa membawa mereka memeluk agama Islam.

4. Islam di Papua berasal dari Bacan

Pendapat keempat menyebut Islam di Papua berasal dari Bacan. Kesultanan Bacan mempunyai visi untuk menyebarkan syiar Islam ke wilayah sekitarnya, seperti Sulawesi, Filipina, Kalimantan, Nusa Tenggara, Jawa, dan Papua.

Sejak 1521, Bacan telah menguasai pulau-pulau di sebelah barat laut Papua, seperti Waigeo, Misool, Waigama, dan Sulawati. Pada 1606, Sultan Bacan lalu meluaskan kekuasaannya hingga ke Semenanjung Onin, Fakfak. Melalui pengaruh perdagangan dengan para pedagang muslim dan pengaruh kekuasaan Bacan, pemuka masyarakat di pulau-pulau kecil itu kemudian memeluk agama Islam.

Baca Juga: Sederet Kerajaan Islam di Indonesia, dari Sumatra sampai Papua

5. Islam di Papua berasal dari Maluku Utara

Pendapat kelima menyatakan bahwa Islam di Papua menyebar dari Maluku Utara. Pada tahun 1443, Sultan Ibnu Mansur yang dikenal sebagai Sultan Tidore X atau Sultan Papua I memimpin ekspedisi ke daratan tanah besar, sebutan untuk Papua.

Sultan kemudian tiba di wilayah Pulau Misool dan Raja Ampat. Di sana, Sultan Ibnu Mansur bertemu dengan putera Sultan Bacan, Kaicil Patrawar, dan memberinya gelar Komalo Gurabesi atau dikenal dengan Kapita Gurabesi. Sultan pun menikahkan Kapita Gurabesi dengan putrinya yang Bernama Boki Tayyibah.

Pada perkembangannya, lahir empat kerajaan Islam di Kepulauaan Raja Ampat. Kerajaan tersebut yaitu Kerajaan Salawati, Kerajaan Misool atau Kerajaan Sailolof, Kerajaan Batanta, dan Kerajaan Waigeo.

***

Sumber sejarah mengenai penyebaran Islam di Papua mengandalkan sumber sejarah lisan. Hal ini karena jejak-jejak kebudayaan Islam yang terekam dalam tradisi tulis di Papua sudah sulit ditemukan.

Meski begitu, masih ada beberapa informasi mengenai peninggalan tertulis tersebut. Dalam penelitian Munawar Holil, ada beberapa tokoh yang masih memiliki naskah kuno tersebut. Mereka berdomisili di tempat-tempat yang tersentuh dengan sejarah masuknya Islam di Papua. seperti di Sorong, Pulau Doom, Fakfak, Kokas, Patimburak, dan kepulauan Raja Ampat.

Dilansir dari Republika, menurut data 2010, sebagian wilayah di daerah ini hampir memiliki penduduk Muslim yang signifikan. Jumlah penduduk Muslim di Fakfak sebesar 60,63 persen, di Kabupaten Sorong sekitar 55,22 persen, di Teluk Bintuni sebesar 45,42 persen, di Kaimana 41,94 persen, di Kota Sorong 44,39 persen, di Raja Ampat 32,83 persen, di Manokwari 30,76 persen, di Sorong Selatan 21,66 persen, dan di Teluk Wondama 18,16 persen.

Referensi: buku Sejarah Indonesia untuk SMA Kelas X karya Restu Gunawan dkk/Kemendikbud | Naskah-Naskah Islam Papua karya Munawar Holil yang diakses dari Perpusnas | Republika | gambar: Wikimedia Commons

Bacaan lain yang bisa kamu baca mengenai Islam di Papua: buku Muslim Papua karya Dhurorudin Mashad | buku Sejarah lengkap penyebaran Islam karya Prof. Dr. Thomas W. Arnold