Daftar Lengkap Gubernur Jenderal VOC, dari Awal hingga Bangkrut
Gubernur Jenderal VOC – Pada 1596, ekspedisi Belanda pertama yang tiba di Nusantara adalah armada pimpinan Cornelis de Houtman. Mereka tiba di Banten, pelabuhan lada terbesar yang terletak di Jawa bagian barat. Lalu menysuri pantai utara Pulau Jawa dan singgah di pelabuhan-pelabuhannya.
Setelah mereka kembali ke Belanda, perusahaan-perusahaan ekspedisi Belanda saling bersaing memperoleh bagian dari rempah-rempah Nusantara. Dimulailah era pelayaran ‘tak teratur’ (wilde vaart).
Pada 1598, giliran armada di bawah pimpinan Jacob van Neck yang berlayar. Armada inilah yang pertama tiba di “Kepulauan Rempah-rempah” pada Maret 1599. Mereka mengangkut banyak rempah-rempah yang keuntungannya mencapai 400 persen.
Persaingan makin sengit karena perusahan ekspedisi lain tak mau kalah. Pada 1601, tak kurang dari empat belas buah ekspedisi yang berbeda berangkat ke Nusantara. Persaingan antara sesama pedagang ini merugikan Belanda. Pasokan di Eropa melimpah dan keuntungan turun.
Untuk menyelesaikan masalah ini, Parlemen Belanda (Staten General) mengusulkan untuk membuat sebuah kongsi perdagangan di antara para perusahan ekspedisi tersebut. Pada 1602, terciptalah Perserikatan Maskapai Hindia Timur atau dikenal dengan VOC (Vereenig-de Oost-Indische Compagnie).
***
VOC dikuasai oleh tujuh belas direktur yang mewakili enam wilayah di negeri Belanda, yaitu Amsterdam, Zeeland, Delft, Rotterdam, Hoorn, dan Enkhuizen. Mereka disebut sebagai Heeren XVII (Tuan-tuan tujuh belas).
Wilayah terpenting adalah Amsterdam. Karena besarnya peranan wilayah ini, delapan dari tujuh belas direktur tersebut berasal dari Amsterdam. Dan tak aneh jika kota ini jadi markas besar VOC.
Pada tahun-tahun pertama, Heeren XVII mengurusi sendiri VOC. Namun, mereka sadar bahwa urusan harian operasional harus ditangani langsung dari Asia.
Maka pada 1609, direksi VOC memutuskan untuk mengangkat seorang Gubernur Jenderal VOC di Asia. Ia akan dibantu oleh dewan penasihat bernama Raad van Indie.
Daftar Gubernur Jenderal VOC dari 1610 hingga 1801
1. Pieter Both (1610-1614)
Pieter Both adalah Gubernur Jenderal VOC pertama. Pada masa kekuasaannya, pusat kekuasaan VOC masih berada di Ambon yang dikuasai VOC sejak 1605.
Tugas utama Pieter Both adalah menancapkan monopoli Belanda di Nusantara. Ia memulai upaya itu dengan mendirikan pos perdangangan atau loji di Banten dan Jayakarta (kelak menjadi Batavia).
2. Gerard Reynst (1614-1615)
Gerard Reynst menggantikan Pieter Both. Reynst hanya berkuasa selama setahun sebagai Gubernur Jenderal VOC lantaran meninggal dunia karena terserang penyakit disentri.
3. Laurens Reael (1615-1619)
Gerard Reynst digantikan oleh Laurens Reael. Ia adalah seorang yang percaya bahwa tujuan VOC memonopoli seharusnya dilakukan dengan jalan perdagangan dan diplomasi.
Pada 1617, Reael berselisih dengan para pemimpin VOC di Belanda (Heren XVII) karena tak setuju dengan kebijakan VOC memperlakukan pedagang asal Inggris dan penduduk lokal. Ia kemudian mengundurkan diri dari jabatannya.
4. Jan Pieterszoon Coen (1619-1623)
Jan Pieterszoon Coen menggantikan Laurens Reael dan resmi menjabat pada 1619. Coen lah yang memindahkan kantor VOC ke Jayakarta, menaklukkan kota itu, lalu mengganti namanya menjadi Batavia. Kota inilah yang menjadi pusat dominasi VOC kelak.
Periode 1619-1623 adalah periode pertamanya sebagai Gubernur Jenderal. Hanya selisih empat tahun, nantinya ia akan menduduki lagi jabatannya tersebut.
5. Pieter de Carpentier (1623-1627)
Pieter de Carpentier adalah orang kepercayaan Jan Pieterszoon Coen. Tak heran jika ia dipercaya menjadi Gubernur Jenderal VOC untuk menggantikan Coen.
Saat Carpentier menjabat, terjadi peristiwa Pembantaian Amboyna. Ini adalah peristiwa pembunuhan terhadap 20 orang, yang sepuluh di antaranya adalah pegawai East Indies Company (EIC) Inggris.
6. Jan Pieterszoon Coen (1627-1629)
Jan Pieterszoon Coen kembali menjadi Gubernur Jenderal VOC untuk kedua kalinya. Ia menggantikan de Carpentier.
Pada era ini, Coen harus menghadapi peperangan dengan Sultan Agung dari Mataram yang menyerang Batavia dua kali pada 1628 dan 1629. Coen meninggal mendadak pada 21 September 1629.
7. Jacques Specks (1629-1632)
Jacques Specks meneruskan Jan Pieterszoon Coen. Untuk mengatasi orang-orang Mataram, Specks memperalat orang Tionghoa.
Ini merupakan salah satu bentuk politik adu domba. Dari sinilah cikal bakal lahirnya pertikaian antar etnis tersebut.
8. Hendrik Brouwer (1632-1636)
Sebelum menjadi Gubernur Jenderal, Hendrik Brouwer meniti karier dari seorang commandeur, menjadi opperkoopman, lalu naik menjadi bewindheber di Amsterdam. Pada masa pemerintahannya, Brouwer membangun gerbang Rotterdam dan tembok laut pemecah gelombang di muara Ciliwung.
9. Antonio van Diemen (1636-1645)
Salah satu pencapaian Antonio van Diemen adalah berhasil merebut Malaka dari tangan Portugis pada 1641. Ia juga berhasil menandatangani perjanjian perdamaian di Aceh dan di Tidore. Di Batavia, van Diemen membangun banyak kanal.
10. Cornelis van der Lijn (1646-1650)
Cornelis van der Lijn ditunjuk oleh van Diemen sebagai penggantinya. Awalnya ia tak disetujui oleh Heren XVII, meskipun akhirnya tetap memegang jabatan tersebut. Saat ia berkuasa, VOC menandatangani kontrak dengan Mataram pada 24 September 1646. Ini adalah kontrak pertama dari Jawa.
11. Carel Reyniersz (1651-1653)
Carel Reyniersz menggantikan Cornelis van der Lijn. Sebelumnya, ia menjadi anggota Raad van Indie yang bertugas menerapkan aturan ketat produksi rempah dengan melakukan penebangan pohon. Aturan ini lalu menimbulkan konflik besar di Seram Barat yang pertempurannya tak berakhir sampai tahun 1658.
Yuk, lanjut lagi baca Sejarah Gubernur Jenderal VOC
12. Joan Maetsuycker (1653-1678)
Joan Maetsuycker menjabat Gubernur Jenderal VOC selama hampir 25 tahun. Selama ia berkusa, terjadi beberapa peristiwa penting, seperti Pemberontakan Trunojoyo, penaklukan Makassar, pendudukan pantai barat Sumatera, dan perluasan wilayah VOC di Hindia Timur (Malabar dan Ceylon), juga ekspedisi pertama ke pedalaman Jawa.
13. Rijckloff van Goens (1678-1681)
Sebelum menjadi Gubernur Jenderal, Rijckloff van Goens adalah seorang panglima yang tangguh. Ia sempat ingin menjadikan Ceylon sebagai pusat perdagangan VOC di Asia. Namun, Heren XVII hanya menginginkan kayu manis dari sana dan tetap menjadikan Batavia pusat VOC.
Saat menjadi Gubernur Jenderal, van Goens menghadapi peperangan di Jawa. VOC bersekutu dengan Amangkurat dari Mataram untuk melawan Trunojoyo.
14. Cornelis Janszoon Speelman (1681-1684)
Cornelis Speelman malang melintang dalam penaklukkan Nusantara. Saat ia menjadi Gubernur Jenderal, Kesultanan Ternate ditaklukkan. Sultan menyerahkan semua kepemilikan tanah kerajaannya kepada VOC. Selain Ternate, Banten juga dibuat bertekuk lutut.
15. Joannes Camphuys (1684- 1691)
Tak banyak peristiwa penting yang terjadi di Nusantara saat Joannes Camphuys menjabat sejak 11 Januari 1684. Hal yang bisa dicatat adalah perjanjian dengan Banten tanggal 17 April 1684 dan pemberontakan Suropati. Camphuys dikenal sebagai pencinta ilmu pengetahuan.
16. Willem van Outhoorn (1691-1704)
Ada beberapa peristiwa penting pada era Willem van Outhoorn. Pada akhir pemerintahannya, Amangkurat II dari Mataram meninggal. Karena VOC tak mengakui putranya sebagai penerus, pecahlah peperangan sesaat sebelum pengunduran diri van Outhoorn sebagai Gubernur Jenderal.
Pada era van Outhoorn, juga ada upaya untuk mengembangkan kopi di Jawa. Perkebunan kopi pun mulai diperkenalkan.
17. Joan van Hoorn (1704-1709)
Joan van Hoorn merupakan menantu Willem van Outhoorn. Era pemerintahan van Hoorn dicirikan oleh Perang Suksesi Jawa (1704-1708).
Pada masanya pula penanaman kopi berkembang, terutama di daerah Priangan, Jawa Barat. Joan Van Hoorn ditinggal meninggal istrinya kemudian menikah lagi dengan putri dari Abraham van Riebeeck, seorang Direktur Jenderal VOC.
18. Abraham van Riebeeck (1709-1713)
Abraham van Riebeeck adalah mertua dari Joan van Hoorn, Gubernur Jenderal pendahulunya. Saat van Riebeeck berkuasa, tambang timah di Pulau Bangka ditemukan.
Riebeeck pun memperbarui hubungan dengan Banjarmasin dan menandatangani kontrak dengan Johor. Abraham van Riebeeck juga merupakan penguasa yang meresmikan Balaikota (Stadhuis) pada 1712.
19. Christoffel van Swol (1713-1718)
Christoffel van Swol adalah Gubernur Jenderal VOC yang terkenal jujur. Ia mencoba menghapus praktik manipulasi yang berkembang parah. Ia juga menentang perluasan wilayah yang hanya akan menambah masalah karena tak bisa dikontrol.
20. Henricus Zwaardecroon (1718-1725)
Pada era Henricus (Hendrick) Zwaardecroon terjadi peristiwa Pieter Erberveld yang mengerikan. Selain itu, sebagai penguasa, Zwaardecroon tak segan mengeksekusi 26 pegawai VOC yang korupsi.
Ada peristiwa penting lain yang terjadi di era pemerintahannya. Pada 1719, Pakubuwono I meninggal dan meletuslah Perang Suksesi Jawa kedua (1719-1723).
21. Mattheus de Haan (1725-1729)
Mattheus de Haan memiliki kebijakan yang berbeda dengan pendahulunya. Ia menentang kebijakan Hendrick Zwaardecroon dalam pengembangan serikultur di Jawa.
Sementara itu, produksi kopi di Priangan berjalan baik meskipun akhirnya kurang bisa bersaing di pasaran Asia. Hal ini terutama karena Inggris mulai memainkan peran penting dalam perdagangan kopi, juga kapas dan teh.
22. Diederik Durven (1729-1732)
Diederik Durven menggantikan de Haan sebagai Gubernur Jenderal. Namun, Heren XVII tak cocok dengan Durven karena beralasan mereka tidak puas dengan keadaan di tanah koloninya.
Ada kejadian sewenang-wenang yang Durven lakukan saat berkuasa. Salah satunya adalah mengasingkan Wandullah, putra Kapitan Melayu pendiri Kampung Melayu, ke Sri Lanka. Penyebabnya hanya karena Wandullah menagih utang Gubernur Jenderal ketika kalah judi.
Masih ada lagi beberapa profil Gubernur Jenderal VOC
23. Dirk van Cloon (1732-1735)
Pemerintahan Dirk van Cloon ditandai dengan krisis gula yang membuat perdagangan gula di Batavia runtuh. Krisis ini nantinya berpengaruh pada Pemberontakan Cina.
Saat era van Cloon, ada kontrak yang dibuat antara Susuhunan dari Mataram dengan VOC pada 8 November 1733, juga dengan Sultan Banten pada 9 Desember 1733. Pada eranya juga terjadi wabah Malaria di Batavia.
24. Abraham Patras (1735-1737)
Abraham Patras adalah satu-satunya Gubernur Jenderal yang berasal dari kalangan Protestan keturunan Prancis. Dalam masa pemerintahannya yang relatif singkat, tak ada peristiwa besar yang terjadi.
25. Adriaan Valckenier (1737-1741)
Pada era kekuasaan Adrian Valckenier, terjadi peristiwa pembantaian orang Tionghoa yang terkenal dengan sebutan Geger Pecinan atau Chinezen Moord dalam bahasa Belanda. Salah satu penyebabnya adalah krisis gula yang menghilangkan lapangan kerja dan membuat pengangguran membludak. Ketidakpuasan pun menyebar.
Pada Oktober 1740, muncul pemberontakan orang Tionghoa di berbagai titik kota Batavia meskipun berakhir dengan kegagalan. Sebagai pembalasan, pemerintahan Valckenier bertindak kejam. Puncaknya terjadi pembantaian yang menewaskan sekitar 10.000 orang. Nantinya, Valckenier sendiri tewas di penjara.
26. Johannes Thedens (1741-1743)
Johannes Thedens diangkat menjadi Gubernur Jenderal ad interim setelah Valckenier turun dari jabatannya. Dalam masa pemerintahannya, ia menghadapi kerusuhan dari orang-orang Tionghoa di sekitar Batavia dan Jawa Tengah yang didukung penguasa Mataram.
27. Gustaaf Willem Baron van Imhoff (1743-1750)
Gustaaf Willem Baron van Imhoff adalah seorang pembaharu di Batavia. Ia memulai perpindahan dari daerah perkotaan ke Ommelanden atau tembok luar dengan tujuan menghindari ancaman wabah.
Baron van Imhoff juga sempat mendirikan Akademi Angkatan Laut di Batavia meski nantinya dibubarkan penggantinya. Ia pun membuka kantor pos pertama di Batavia. Tak kalah pentingnya, ia pun membangun Istana Bogor (Buitenzorg) yang tadinya ditujukan untuk tempat kediaman Gubernur Jenderal.
Namun, pada masanya lahir Perang Suksesi Jawa Ketiga (1749-1755). Salah satu penyebabnya adalah sikap arogan dari van Imhoff yang menghina Pangeran Mangkubumi.
28. Jacob Mossel (1750- 1761)
Saat Jacob Mossel menjabat, kondisi ekonomi VOC sedang suram akibat turunnya perdagangan dan terjadinya pemberontakan Cina satu dekade sebelumnya. Ia pun mencoba untuk memperbaiki kesalahan pendahulunya.
Pada eranya, Mataram terpecah menjadi Surakarta dan Yogyakarta. Di Kalimantan, VOC bersekutu dengan Banjarmasin untuk mengusir orang Bugis.
29. Petrus Albertus van der Parra (1761-1775)
Pada era Gubernur Jenderal Petrus Albertus van der Parra, Siak ditaklukkan VOC. Perjanjian pun ditandatangani dengan Bima, Sumbawa, Dompu, Tambora, Sangar, dan Papekat.
Meski begitu, van der Parra adalah penguasa yang lemah. Ia bersikap korup dan memperjualbelikan jabatan.
30. Jeremias van Riemsdijk (1775-1777)
Karier Jeremias van Riemsdijk muda menanjak tinggi berkat hubungan dengan pamannya, Adriaan Valckenier, yang waktu itu menjabat Direktur Jenderal VOC. Dalam perkembangannya, van Riemsdijk kemudian menggantikan Petrus Albertus van der Parra sebagi Gubernur Jenderal.
Selama masa pemerintahan van Riemsdijk terjadi kekurangan kapal dan personel Angkatan Laut. Masalah ini bisa diselesaikan dengan bantuan dari Belanda.
31. Reinier de Klerk (1778-1780)
Ketika masih menjadi anggota Dewan Hindia, Reinier de Klerk membangun Gedung Arsip Nasional. Setelah menjadi Gubernur Jenderal VOC, minatnya pada pengembangan budaya masih besar. Ia sempat ingin menggantikan bahasa Portugis dan Melayu dengan bahasa Belanda, tetapi gagal.
Saat de Klerk berkuasa, terjadi beberapa peristiwa penting. Kerajaan Gowa berhasil direbut VOC. Sementara Banten menyerahkan Landak dan Sukadana. Di Tidore dan Bacan, para penguasanya diasingkan dan digantikan oleh loyalis VOC.
32. Willem Arnold Alting (1780-1797)
Masa kekuasaan Willem Arnold Alting ditandai dengan kemunduran VOC. Tiga bulan setelah menjabat sebagai Gubernur Jenderal, Belanda berperang melawan Inggris. Ini merupakan Perang Inggris-Belanda IV yang terjadi pada 1780-1784.
Dalam perang ini, Belanda dikalahkan Inggris. Pada Perjanjian Paris (1984), Inggris memperoleh hak atas Negapatnam di India. Kendati begitu, Belanda tetap menguasai wilayah jajahannya yang lain.
33. Pieter Gerardus van Overstraten (1797-1801)
Pieter Gerardus van Overstraten adalah Gubernur Jederal VOC yang terakhir. Ia mengeluarkan pernyataan resmi pembubaran VOC pada 31 Desember 1799. Kondisi memang sedang sulit, Ternate diserahkan ke tangan Inggris, sedangkan Batavia diblokir dan benteng-benteng di Pulau Onrust (pulau di Kepulauan Seribu) dihancurkan armada Inggris.
Setelah VOC bubar, wilayah VOC diambil alih oleh pemerintah Belanda. Van Overstraten tetap berperan sebagai Gubernur Jenderal hingga meninggal pada 22 Agustus 1801.
***
Di antara semua perserikatan dagang yang ada pada abad ke-17 dan ke-18, VOC adalah yang paling sukes. VOC mampu mendominasi Asia dan menyisihkan Portugis dan Inggris.
Namun, emporium sebesar apa pun tetap akan mengalami kemunduran. Korupsi menggerogoti VOC dari dalam. VOC pun punya utang banyak dan semakin bergantung kepada pemerintah Belanda. Perubahan sistem politik di Eropa pun punya andil dalam tenggelamnya VOC.
Pada awal abad ke-19, Gubernur Jenderal VOC sudah tak ada lagi, yang ada adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Gubernur Jenderal yang tadinya karyawan perusahaan kemudian menjadi pegawai pemerintahan.
Referensi: buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 karya M.C. Ricklefs | Organisasi VOC oleh F.S. Gaastra/ANRI | Australian National Maritime Museum | Encyclopedia Dinas Kebudayaan Jakarta | Vocsite.nl | gambar: Wikimedia Commons
- 6 Podcast Peter Carey Ini Bahas Pangeran Diponegoro, Menarik! - September 25, 2024
- Daftar Isi Buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 Karya M.C. Ricklefs - August 12, 2024
- Daftar Provinsi di Indonesia Beserta Ibu Kotanya, Ada 38 Provinsi - August 5, 2024