Asal Historiografi Modern di Asia, Berawal dari Perspektif Kolonial
Historiografi atau penulisan sejarah adalah muara dari serangkaian metode penelitian sejarah yang terdiri dari heuristic (pencarian sumber), kritik atau verifikasi (eksternal dan internal), dan interpretasi. Penulisan sejarah yang menggunakan serangkaian metode inilah yang kemudian disebut sebagai historiografi modern.
Historiografi modern di Asia berasal dari Eropa. Jenis penulisan sejarah ini tumbuh bersamaan dengan ekspansi kegiatan orang-orang Eropa di Asia.
Historiografi modern awalnya digunakan di Asia Selatan
Di lihat dari sisi perkembangan historiografi modern di Asia, kedatangan bangsa Eropa pada abad ke-16 dan ke-17 tak lantas mempengaruhi perkembangan historiografi setempat.
Pada kurun waktu tersebut, bangsa Eropa hanya berada pada daerah pinggiran dari pusat-pusat kekuasaan di Asia. Setelah memasuki paruh kedua abad ke-19, bangsa Eropa sudah menancapkan kekuasaannya. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan Barat akhirnya secara sadar diajarkan dan dipelajari.
Mula-mula di Asia Selatan, dan kemudian di beberapa tempat di Asia Tenggara. Lambat laun, wilayah-wilayah itu pun terpengaruh oleh metode-metode sejarah Barat.
Pemakaian teknik-teknik historiografi Barat awalnya digunakan untuk meneliti dan mempelajari India dan Sri Lanka. Kemudian, orang-orang Belanda pun menggunakannya untuk mempelajari Indonesia. Sementara itu, orang-orang Prancis menggunakannya untuk mempelajari Indochina.
Tujuan penelitian itu tentu saja untuk mengerti tentang masyarakat setempat. Sehingga dapat digunakan untuk melanggengkan kekuasaan bangsa Eropa di tanah jajahannya.
Perspektif “dari atas geladak kapal”
Penulisan sejarah oleh para ilmuwan Barat tentu saja memiliki perspektif kolonial. Istilahnya melihat “dari atas geladak kapal”.
Peristiwa-peristiwa yang diteliti melalui metode sejarah diinterpretasikan melalui kaca mata Barat sehingga menghasilkan sejarah yang timpang dan berat sebelah. Orang-orang Barat seringkali ditempatkan sebagai tokoh utamanya.
Contoh mudahnya adalah pada narasi peperangan. Setiap perlawanan oleh tokoh setempat untuk memperoleh kemerdekaan dan kebebasan selalu ditafsirkan sebagai sebuah pemberontakan.
Munculnya perspektif nasionalisme
Dalam perkembangannya, setelah bangsa-bangsa terjajah merdeka dan mencoba mengembangkan nasionalismenya, historiografi modern berperspektif Barat kemudian dikonfrontasikan dengan nasionalisme.
Hal ini tentu saja ditujukan untuk kepentingan-kepentingan nasional. Setiap negara merdeka tentu ingin membangun kesadaran mengenai masa lalu bangsanya.
Untuk Indonesia, kemudian muncul konsep Indonesiasentrisme. Pandangan ini menempatkan orang Indonesia sebagai tokoh utama dalam penulisan sejarah.
Referensi: disarikan dari Wang Gung Wu. “Historiografi Asia Selatan dan Asia Tenggara” dalam Taufik Abdullah dan Abdurrachman Surjomihardjo. Ilmu Sejarah dan Historiografi | Gambar: Wikimedia Commons
- 5 Buku Sejarah yang Berpengaruh Bagi Profesor Taufik Abdullah - December 11, 2024
- Daftar Isi Buku Nusantara, Sejarah Indonesia Karya Bernard H.M. Vlekke - December 9, 2024
- 6 Podcast Peter Carey Ini Bahas Pangeran Diponegoro, Menarik! - September 25, 2024