7 Konsep Indonesiasentrisme Menurut Sartono Kartodirdjo
Indonesiasentrisme adalah suatu perubahan pandangan dalam penulisan sejarah. Sejarah tak lagi ditulis dari sudut pandang penjajah.
Penulisan sejarah era koloial menempatkan orang-orang Belanda sebagai tokoh utama dalam panggung sejarah Indonesia. Setelah merdeka, dekolonisasi sejarah dilakukan dengan membentuk sebuah pandangan baru mengenai sejarah Indonesia.
Aktor dalam perkembangan sejarah tidak lagi orang Belanda yang melihat dari ‘atas geladak kapal’. Aktor sejarah Indonesia ya harus orang Indonesia sendiri.
Sejarawan yang merintis perubahan pandangan ini adalah Sartono Kartodirdjo. Ia merupakan sejarawan pertama Indonesia yang meraih gelar doktor ilmu sejarah dari luar negeri.
Disarikan dari buku Membuka Pintu Bagi Masa Depan: Biografi Sartono Kartodirdjo karya M. Nursam, berikut ini 7 konsep Indonesiasentrisme menurut Sartono Kartodirdjo:
1. Dibangun sejajar dengan proses institusionalisasi politik
Riset sejarah harus sejajar dengan proses institusionalisasi politik (pembentukan negara dan lembaga-lembaganya), serta sesuai dengan tradisi historiografi umum yang menempatkan Indonesia sebagai unit studi sejarah. Berbagai jaringan yang ada, seperti ekonomi, politik, sosial, tercakup dalam unit itu.
Selain itu, kesatuan administratif yang ada dengan sendirinya menciptakan sistem arsip berdasarkan unit tersebut. Oleh karenanya, riset sejarah perlu diorganisasi sesuai dengan situasi itu.
2. Adanya proses integrasi yang menjadi “benang merah” sejarah bangsa sejak zaman purba
Pembangunan bangsa terjadi dalam kerangka negara nasion. Sehingga awal perkembangan bangsa perlu dilacak lewat proses integrasi sejak zaman purba, mulai dari integrasi geopolitik sampai integrasi politik kaum elite. Proses integrasi itu merupakan “benang merah” yang terjalin sepanjang sejarah.
3. Dalam konsep Indonesiasentrisme semua kalangan berperan sebagai pelaku sejarah
Indonesiasentrisme atau nasionsentrisme berarti bahwa nasion (bangsa Indonesia) menjadi pelaku. Aktor dalam sejarah tidak hanya dari golongan atas, tetapi semua golongan (elite dan non-elite, aristokrasi dan petani) berperan sebagai pelaku sejarah.
4. Pandangan sejarah dari dalam
Visi Indonesiasentrisme berarti harus adanya pengungkapan segala kejadian dari dalam masyarakat sendiri. Berupa kehidupan sehari-hari dan gaya hidupnya. Dengan kata lain, proses dan peristiwa yang ditampilkan berasal dari pandangan dari dalam (the history from within).
5. Mencakup segala dimensi kehidupan (multidimensi)
Indonesiasentrisme secara inheren mencakup segala dimensi kehidupan bangsa Indonesia. Jadi, tak hanya bidang politik saja, tetapi juga mencakup aspek ekonomi, sosial, dan kulturalnya. Dengan begitu, sejarah nasional bersifat komprehensif.
6. Konsep Indonesiasentrisme meliputi sejarah regional dan lokal
Nasionsentrisme tidak berarti sejarah terlepas pada tingkat makro, seperti tradisi sejarah nasional yang konvensional. Akan tetapi, riset sejarah juga meliputi tingkat mezzo dan mikro. Dengan sendirinya, sejarah itu meliputi sejarah regional dan lokal.
7. Adanya dimensi waktu evenementielle, konjunktural, dan lounge-duree
Dalam mengeksplorasikan berbagai dimensi sejarah nasional itu, perlu ada dimensi waktu. Dimensi waktu tersebut bisa dirinci di atas tiga lapisan.
Pertama, proses yang evenementielle (seperti riak gelombang di permukaan air). Kedua, proses konjunktural (gelombang sedang seperti pasang-surutnya ekonomi, seperti harga-harga, produksi, panen, dan lain sebagainya).
Terakhir adalah proses jangka panjang atau lounge-duree. Juga sering disebut sebagai sejarah struktural.
Itulah konsep indonesiasentrisme menurut Sartono Kartodirdjo.
Referensi: disarikan dari Membuka Pintu Bagi Masa Depan: Biografi Sartono Kartodirdjo karya M. Nursam | Gambar: Wikimedia Commons/TUBS
- Daftar Isi Buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 Karya M.C. Ricklefs - August 12, 2024
- Daftar Provinsi di Indonesia Beserta Ibu Kotanya, Ada 38 Provinsi - August 5, 2024
- Peta Lokasi dan Sebaran Museum di Indonesia - January 14, 2023