1900, Menjadi Indonesia, Populer, Stori

12 Fakta Menarik Bung Hatta, Sosok Penyayang Kucing yang Perhatian

Ada banyak fakta menarik Bung Hatta yang layak untuk diketahui. Pahlawan bernama lengkap Mohammad Hatta itu lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902.  

Bersama Bung Karno, Bung Hatta adalah proklamator yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Ia juga terkenal sebagai Bapak Koperasi. Wartawan Jepang bahkan pernah menyebutnya Gandhi of Java.

Lebih dari itu, Bung Hatta merupakan seorang negarawan yang berpegang teguh pada kejujuran dan kesederhanaan. Salah satu tokoh kebanggaan pada sejarah Indonesia.

Namun, tak banyak yang tahu bahwa Bung Hatta punya banyak sisi menarik. Disarikan dari Bung Hatta: Pribadinya Dalam Kenangan karya Meutia Farida Swasono (ed), berikut ini 12 fakta menarik Bung Hatta. Simak, yuk!

1. Bung Hatta menyenangi binatang kucing

Siapa sangka Bung Hatta sangat menyenangi binatang kucing. Di banyak tempat yang ia tinggali, Bung Hatta sering memelihara kucing.

Ketika ditahan di Penjara Glodok pada era 1930-an, seekor kucing entah kepunyaan siapa selalu datang ke tempat Bung Hatta. Kucing itu disayang dan diberi makan olehnya.

Waktu diasingkan di Boven Digul, Bung Hatta juga memelihara seekor anak kucing dan anjing. Mereka diberi nama Hitam dan Juli. Kedua hewan tersebut akur. Sama seperti kucing dan anjing lain yang ada di Boven Digul.

Saat di Bandaneira, Bung Hatta memelihara kucing lain bernama Hitler. Sayangnya, kucing ini kabur. Bung Hatta lalu memelihara kucing lain yang diberi nama Turki.

Di rumahnya, kucing kesayangan Bung Hatta bernama Jonkheer. Sebuah nama yang diambil dari sebuah gelar bangsawan pada masyarakat Belanda.

Selain Kucing, Bung Hatta juga puya ikan kesayangan. Di vilanya di Megamendung, ikan ini bernama Si Rabun, seekor ikan mas yang panjangnya mencapai 50 cm.

2. Fakta menarik Bung Hatta yang unik, pernah Menulis dengan nama Rachim, kelak jadi menantu dari Pak Rachim

Pada tahun 1930-an, Bung Karno dan Bung Hatta sering surat menyurat politik dengan memakai nama samaran. Waktu itu, Bung Hatta menggunakan nama samaran Rachim.

Ketika Bung Karno ditangkap di Bandung, surat-surat Bung Hatta ini sempat menjadi masalah bagi seseorang bernama Pak Rachim. Pak Rachim ini harus berurusan dengan PID, polisi rahasia era Hindia Belanda.

Saat itu, tidak ada yang mengira jika Bung Hatta akan menjadi menantu dari Pak Rachim ini. Datangnya jodoh memang tak ada yang tahu.

3. Sebagai suami, ia punya sisi yang romantis

Bung Hatta menikah dengan Rahmi pada tanggal 18 November 1945 di Megamendung. Sebagai suami, Bung Hatta sosok yang perhatian dan ternyata punya sisi romantis.

Ketika istrinya akan melahirkan anak pertama, waktu rasa sakit mulai datang, Bung Hatta masuk ke kamar bersalin. Ia membawa sandwich yang dibuatnya sendiri untuk Yuke (panggilan Rahmi).

“Makan supaya lebih kuat,” kata Bung Hatta yang terlihat gelisah dan khawatir.

Di kesempatan lain, Bung Hatta juga seorang yang penuh perhatian. Jika akan bepergian ke luar kota bersama istrinya dengan menggunakan mobil, Bung Hatta akan memperhatikan di mana sinar matahari bersinar.

Jika di sebelah kanan, maka Bung Hatta akan duduk di sebelah kanan dan menyuruh istrinya duduk di sebelah kiri. Begitu pun jika sinar matahari berada di sisi sebaliknya.

4. Buku, benda yang sangat disukai Bung Hatta

fakta-menarik-bung-hatta-buku
Bung Hatta dalam sebuah pameran buku. (Wikimedia Commons/Pekan Buku Indonesia Committee)

“Buku membentuk watak bangsa,” kata Bung Hatta dalam sebuah pembukaan pameran buku. Benda yang disebut sebagai jendela dunia ini memang benda favorit bagi Bung Hatta.

Saking sayangnya pada buku, Bung Hatta tidak suka jika melihat orang membaca buku sambil melipatnya sehingga bagian kulit depan dan bagian kulit belakang bertemu satu sama lain.

Di rumahnya, AC atau pendingin ruangan pertama yang ia miliki tidak dipasang di kamar tidur, tetapi dipasang di ruang perpustakaan pribadinya.

Tentang membaca buku, Bung Hatta pun tak pernah main-main. Seorang koleganya pernah berkata bahwa Bung Hatta membaca dengan metode yang runut dan teratur.

“Tiap-tiap mempelajari buku, pelajarilah sebaik-baiknya dari permulaan sampai akhir. Mempelajari buku sejarah jangan sesukanya saja, tetapi harus dengan rajin dan metode yang teratur. Kita harus dapat menentukan ‘tipe tingkatan dari masa ke masa.’ Mempelajari sejarah dunia bukan pekerjaan yang mudah,” kata beliau.

5. Sangat berdisiplin dan teguh pendirian

Bung Hatta punya kedisiplinan tinggi. Mengenai kedisiplinan ini, Bung Hatta membagi masyarakat dalam tiga golongan, (1) golongan yang berdisiplin dan teratur; (2) golongan yang acak-acakan dan mengikuti angin; (3) golongan yang sama sekali tidak mau berdisiplin atau bernorma.

Kamu golongan yang mana nih?

Selain disiplin, Bung Hatta juga memegang prinsip dan teguh pendiriannya. Ia sempat berjanji untuk tak menginjakkan kaki di Singapura, dan ia menepati janjinya.

Pada tahun 1960-an, Singapura menjatuhkan hukuman mati kepada dua marinir Indonesia dengan cara digantung. Hukuman mati dengan cara digantung tersebut, bagi Bung Hatta merupakan penghinaan terhadap Indonesia.

Tak aneh jika Louis Fisher dalam The Story of Indonesia, menyebut bahwa Bung Hatta sekeras kepala orang Belanda (has the stubbornness of the Dutchman).

6. Daya ingat Bung Hatta tinggi

Bung Hatta memiliki daya ingat yang tinggi. Salah satunya tercermin dalam kisah yang diutarakan Hasjim Ning, keponakannya.

 “Pernah pada suatu hari pada tahun 1924, saudara sepupu saya, Usman, butuh uang untuk suatu keperluan. Tapi, ia tidak berani terus terang mengatakan alasannya kepada Bung Hatta, mungkin karena keperluannya tak seberapa penting.

Maka ia ‘menipu’ Bung Hatta dengan mengatakan uang itu untuk membeli buku. Bung Hatta memberi tiga gulden. Sembilan tahun kemudian, pada 1933, ketika bertemu dengan Usman, Bung Hatta bertanya: ‘buku apa yang kau beli dulu itu?”

Nah, lho!?

7. Gelar Doktor Honoris Causa Bung Hatta bukan kaleng-kaleng

Bung Hatta seorang pemikir ulung. Sangat pantas jika banyak universitas kenamaan memberinya gelar Doktor Honoris Causa (HC).

Bung Hatta diberi gelar Doktor Honoris Causa oleh UGM pada tanggal 27 November 1956, beberapa hari sebelum mengundurkan diri dari posisi Wakil Presiden RI.

Ada hal menarik. Sebenarnya, tanggal 27 November adalah waktu yang telah ditentukan untuk penerimaan Doktor HC bagi Ki Hadjar Dewantoro. Namun, Ki Hajar Dewantoro merelakan agar Bung Hatta yang diberi gelar lebih dahulu, agar saat pemberian gelar tersebut Bung Hatta masih menjabat sebagai wakil presiden.

Pada tahun 1975, giliran UI yang memberikan gelar Doktor HC di bidang hukum. Dalam pemberian gelar Doktor HC di UI ini, Bung Hatta tidak mengetahui bahwa FE UI menolak pemberian gelar Doktor HC bidang ekonomi kepada Bung Hatta karena menganggap teori ekonomi Bung Hatta telah usang.

Padahal, di Unpad, Bung Hatta menerima jabatan Guru Besar Luar Biasa dalam bidang politik perekonomian. Pidato pengukuhannya berjudul “Teori Ekonomi, Politik ekonomi, dan Orde Ekonomi”.

8. Bung Hatta juga seorang pengajar yang baik

Selain seorang penulis ulung, Bung Hatta juga seorang pendidik yang baik. Ia selalu mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik.

Menurut Bung Hatta, sebelum mengajar, seorang pengajar harus menyiapkan dengan teliti apa-apa yang akan diajarkan. Sebab, sesuatu yang akan diajar itu akan tetap tinggal di otak mahasiswanya.

Bung Hatta pun tak pelit nilai. Jika seseorang telah mampu dan menguasai sesuatu vak (mata kuliah), maka jika nilainya kecil Bung Hatta akan menolongnya dengan ujian lisan. Bagi Bung Hatta, seorang pengajar harus menyelidiki dan mengetahui apa sebabnya mahasiswa tersebut tidak lulus.

Ada fakta menarik Bung Hatta saat menjadi “dosen terbang” atau dosen tamu di UGM. Jika ada waktu luang, Bung Hatta mengisinya dengan bermain bridge.

9. Fakta menarik Bung Hatta seputar kesehariannya

fakta-menarik-bung-hatta
Bung Hatta, istrinya, dan cucunya (Wikimedia Commons/National Library of Indonesia)

Jika bepergian, Bung Hatta menggunakan mobil dengan plat nomor B 17845. Kamu tahu kan, deretan angka itu mewakili tanggal apa?

Sebagai muslim yang taat, Bung Hatta tak melewatkan sembahyang lima waktu. Ketika hari Jumat, Bung Hatta biasanya sembahyang Jumat di Masjid Matraman, salah satu masjid yang tertua di Jakarta.

Berbicara tentang tua, ada fakta menarik Bung Hatta lainnya, nih. Bung Hatta menjadi kakek dan memiliki cucu pertamanya setelah usianya menginjak 73 tahun.

Agak jauh sedikit, Bung Hatta ternyata tidak suka menyanyi, lho.

“Di bangku sekolah, angka rapor saya selalu merah untuk mata pelajaran menyanyi,” ungkap Bung Hatta.

Meski begitu, Bung Hatta tetap punya lagu kesukaan. Lagu favorit Bung Hatta adalah Rayuan Pulau Kelapa dan Indonesia Tanah Air Beta.

10. Makanan kesukaan Bung Hatta apa saja, sih?

Makanan favorit Bung Hatta adalah rendang. Selain itu, ada juga masakan kegemarannya yang lain.

Menurut Suyatmi Surip, pembantu dan juru masak keluarga sejak tahun 1947 sampai dengan Bung Hatta wafat, makanan kesukaan Bung Hatta yaitu, sambel goring buncis, tumis kangkung, sayur bening bayem, sayur asem, semur tebu telor, gulai rebung, singgang ayam, rendang, dan soto.

11. Bung Hatta tak kesampaian memiliki sepatu Bally

Kesederhanaan Bung Hatta tercermin dalam kisah sepatu Bally. Pada era 1950-an, Bally menjadi merek sepatu yang terkenal bermutu tinggi. Harganya tentu saja tak murah.

Sayangnya, saat itu Bung Hatta tak punya cukup uang untuk membeli sepatu yang ia idamkan tersebut. Bung Hatta, dengan kesederhanaannya, tak memaksakan untuk memiliki sepatu mahal tersebut. Padahal, saat itu ia orang penting di Republik ini.

Fakta menarik Bung Hatta dalam kisah sepatu Bally ini terungkap setelah beliau wafat. Bung Hatta ternyata menggunting potongan iklan sepatu Bally di koran dan menyimpannya dalam dompet. Keluarga Bung Hatta baru melihat potongan iklan ini setelah beliau wafat pada 14 Maret 1980.

12. Fakta menarik Bung Hatta seputar kelahiran dan kematiannya

Ada beberapa fakta menarik Bung Hatta seputar kelahiran dan kematiannya. Bung Hatta dilahirkan menjelang fajar menyingsing, di kala azan subuh berkumandang di surau.

Saat wafat, Bung Hatta menghembuskan nafas terakhir setelah tenggelamnya matahari, menjelang berakhirnya waktu maghrib. Ini seperti jalannya kehidupan sehari-hari, berawal pada waktu fajar dan berakhir pada waktu senja.

Selendang yang digunakan untuk menutupi jenazah Bung Hatta adalah selendang yang pernah dipakai oleh nenek beliau, Hj. Siti Aminah Ilyas.

Sepanjang hidupnya, Bung Hatta pun pernah terkena beberapa penyakit. Saat di Digul, Bung Hatta dan Bung Sjahrir terkena malaria tertiana. Jenis malaria ini tidak memerlukan perawatan rumah sakit. Dalam kehidupan sehari-hari, Bung Hatta mengidap penyakit kencing manis.

***

Bung Hatta sosok yang patut dijadikan teladan. Indonesia harus berbangga pernah punya negarawan sekelas Bung Hatta. Mengutip Iwan Fals dalam lagunya, Bung Hatta “Bernisan bangga, berkafan doa.”

Referensi: buku Bung Hatta: Pribadinya Dalam Kenangan karya Meutia Farida Swasono (ed) | artikel Mengenang 119 Tahun Bung Hatta di faisalbasri.com | Gambar: Wikimedia Commons