Referensi

5 Buku Sejarah yang Berpengaruh Bagi Profesor Taufik Abdullah

Buku bisa sangat berpengaruh bagi seseorang. Isinya bisa memberikan inspirasi dan memengaruhi cara pandang. Hal itu juga yang terjadi pada Prof Taufik Abdullah. Setidaknya ada lima buku sejarah yang berpengaruh bagi Profesor kelahiran Bukittinggi, 3 Januari 1936 itu.

Periode tahun 1957-1959 adalah tahun-tahun ketika ia berkenalan dengan buku-buku tersebut. Isi kelima buku yang sarat kajian sosial tersebut membentuk pandangan (cara dan metode) Prof Taufik dalam memahami sejarah Indonesia.

Setelah melahap kelima buku itu, ia menyadari bahwa sejarah Indonesia tak hanya tentang kisah pada masa lalu, tetapi juga suatu wacana teoritis untuk memahami dinamika kehidupan Masyarakat. Apa saja kelima buku itu?

1. Buku karya B. Schrieke berjudul Indonesian Sociological Studies (2 jilid)

Buku berjudul Indonesian Sociological Studies ini terdiri dari 2 jilid. Karya klasik ini merupakan karya penting tentang sejarah Indonesia yang merangkum evolusi Masyarakat. Kajiannya menggunakan kacamata sosiologis.

Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Pada 2018, Penerbit Ombak menerbitkannya dengan judul Kajian Historis Sosiologis Masyarakat Indonesia: Kumpulan Tulisan B.J.O. Schrieke.

2. Buku J.C. van Leur berjudul Indonesian Trade and Society

Buku sejarah yang berpengaruh lainnya adalah Indonesian Trade and Society: Essay in Asian Social and Economic History karya sejarawan Belanda, J.C. van Leur. Buku ini memperlihatkan bagaimana jika sejarah didekati dengan teori ilmu sosial. Buku klasik ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Perdagangan & Masyarakat Indonesia: Esai-Esai Tentang Sejarah Sosial dan Ekonomi Asia.

3. Buku W.F. Wertheim berjudul Indonesian Society in Transition

Buku karya W.F. Wertheim berjudul Indonesian Society in Transition pun tak kalah berpengaruh. Sebagai seorang Profesor Sosiologi di Universitas Amsterdam, analisis Wertheim menitikberatkan pada dinamika perubahan masyarakat.

Sesuai dengan judulnya, buku ini menunjukkan bahwa Indoneia telah melalui banyak fase perubahan dan masih tetap dalam proses transisi. Ini merupakan buku dengan sudut pandang poskolonial yang menjadikan Masyarakat Indonesia sebagai acuannya.

4. Buku George McT. Kahin berjudul Nationalism and Revolution in Indonesia 

Buku Nationalism and Revolution in Indonesia adalah salah satu studi klasik paling berpengaruh tentang sejarah Indonesia. Buku yang merupakan hasil disertasi ini pertama kali terbit pada 1952. Penulisnya, George McTurnan Kahin, tinggal di Indonesia pada era Revolusi. Meski ini adalah buku yang ditulis oleh orang Amerika, tetapi isinya sangat berpihak pada “kaum Republiken”.

5. Buku Robet van Niel berjudul The Emergence of Modern Indonesian Elite

Buku The Emergence of Modern Indonesian Elite karya Robert van Niel membahas pertumbuhan Indonesia pada awal abad ke-20. Perubahan pola-pola kepemimpinan elite pada periode tersebut membentuk dasar sosial bagi perubahan dan kemerdekaan politik pada tahun-tahun berikutnya. Para elite ini pada akhirnya menjadi aktor pergerakan yang membawa pada cita-cita kemerdekaan Indonesia.

***

Baca Juga: 6 Podcast Peter Carey Ini Bahas Pangeran Diponegoro, Menarik!

Kelima buku di atas pertama kali terbit pada tahun 1950-an. Sekarang tentu sudah menjadi buku klasik dalam kajian sejarah Indonesia. Meski begitu, isinya masih sangat mumpuni dan relevan untuk dibaca.

Taufik Abdullah muda cukup terkesan dengan kelima buku tersebut. Baginya kala itu, buku-buku itu memperlihatkan bagaimana jika sejarah didekati dengan teori ilmu sosial. Pandangan Van Leur terhadap penelitian sejarah Indonesia, misalnya, sangat menarik untuk disimak.

Berikut ini kata Prof Taufik tentang bagaimana Van Leur melihat tentang sejarah Indonesia (dikutip dari dari tulisan Taufik Abdullah ketika membahas tentang buku Vlekke di Freedom Institute): “Kata van Leur sejarah Indonesia sangat bersifat fragmentaris karena direkonstruksi dengan disiplin yang berbeda-beda. Maka sejarah kuno menjadi wilayah garapan para arkeolog, zaman Islam adalah lahan para ahli philologi, sedangkan zaman setelah kedatangan orang Barat adalah ranah yang dikuasai para arkivaris. Tentu kalau dilanjutkan ia bisa juga mengatakan bahwa zaman imperialisme dan kolonialisme modern dan nasionalisme adalah kajian para ahli ilmu politik dan ekonomi.

Van Leur juga mengatakan dalam salah satu artikelnya bahwa sejarah Indonesia biasanya dilihat dari “the deck of the ship, the ramparts of the fortress, the high gallery of the trading house” —artinya dari kejauhan saja dan dari sudut kepentingan dagang. Aktor terpenting di atas pentas sejarah itu adalah para pendatang.”

Referensi: Freedom Institute | online.ucpress.edu | gambar: canva